memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan budaya Sunda dan perkembangan Islam di Jawa Barat. Berikut ini adalah beberapa aspek menarik tentang Tasikmalaya di masa lampau:
Nama Tasikmalaya diyakini berasal dari kata "tasik", yang berarti danau atau laut kecil, dan "malaya", yang bisa berarti bergelombang atau berbukit-bukit. Konon, daerah ini dulunya merupakan wilayah berawa-rawa yang kemudian berkembang menjadi pemukiman.
Wilayah ini telah dihuni sejak zaman Kerajaan Sunda (Pajajaran) dan menjadi bagian dari wilayah Galuh sebelum akhirnya berkembang menjadi daerah administratif sendiri.
Pada masa penjajahan Belanda, Tasikmalaya menjadi salah satu pusat pemerintahan di Priangan Timur. Wilayah ini termasuk dalam Karesidenan Priangan dan dikenal sebagai penghasil komoditas pertanian seperti kopi, teh, dan karet.
Infrastruktur seperti jalur kereta api yang menghubungkan Bandung - Tasikmalaya - Yogyakarta dibangun oleh Belanda sekitar akhir abad ke-19, yang mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan di wilayah ini.
Pada awal abad ke-20, Tasikmalaya menjadi salah satu pusat pergerakan nasional, terutama dalam perlawanan terhadap kolonialisme.
Setelah Indonesia merdeka, Tasikmalaya menjadi salah satu wilayah yang terdampak oleh pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Kartosoewirjo.
Wilayah Priangan Timur, termasuk Tasikmalaya, menjadi basis gerakan yang berusaha mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Konflik ini berlangsung hingga tahun 1962, ketika akhirnya gerakan ini berhasil ditumpas oleh pemerintah Indonesia.
Sejak zaman dahulu, Tasikmalaya dikenal sebagai pusat pendidikan Islam dengan banyaknya pesantren yang berdiri sejak abad ke-18. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan "Kota Santri".
Tasikmalaya juga menjadi pusat kerajinan tangan khas Sunda, seperti batik, bordir, kelom geulis, dan payung geulis, yang mulai berkembang sejak zaman kolonial dan menjadi bagian dari mata pencaharian masyarakat.
Pada tahun 1976, Tasikmalaya mengalami gempa bumi besar yang menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah.
Seiring berjalannya waktu, kota ini semakin berkembang dan akhirnya memperoleh status sebagai kota administratif pada tahun 1976, sebelum akhirnya menjadi Kota Tasikmalaya yang otonom pada tahun 2001.